Inflasi: Definisi dan Jenis-Jenisnya

Inflasi: Definisi dan Jenis-Jenisnya - Definisi inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain, Boediono (2008).

Jenis-Jenis Inflasi

Berdasarkan penyebabnya inflasi biasanya dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu (Boediono, 2008):

1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.
Kurva diatas menggambarkan suatu demand inflation karena permintaan masyarakat akan barang-barang (aggregate demand) bertambah (misalnya: karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang–barang ekspor atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah) maka kurva aggregate demand bergeser dari Z1 ke Z2 akibatnya tingkat harga umum naik dari P1 ke P2.

2. Inflasi Dorongan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi ini timbul karena kenaikan ongkos produksi.
Pada gambar diatas terlihat bahwa bila ongkos produksi naik (misalnya karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (aggregate supply) bergeser dari S1 ke S2.

Berdasarkan asalnya inflasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)

Inflasi ini terjadi karena masalah dalam negeri yang timbul dari misalnya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal panen dan sebagainya.(Boediono, 2008)

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation)

Inflasi ini terjadi karena kenaikan harga-harga (yaitu, inflasi) di luar negeri atau di negara-negara langganan perdagangan negara kita. Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan:

(1) Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor.

(2) Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan ongkos produksi (dan kemudian harga jual) dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimpor (cost inflation).

(3) Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena ada kemungkinan (tetapi ini tidak harus demikian) kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut (Demand Inflation). (Boediono, 2008).

Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dapat digolongkan menjadi tiga menurut Paul A. Samuelson, yaitu:

a. Moderate Inflation

Kenaikan tingkat harga yang lambat, umumnya disebut sebagai "inflasi satu digit". Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang dari pada dalam bentuk aset riil.

b. Galloping Inflation

Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20 persen sampai dengan 200 persen per tahun. Pada tingkatan seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan menumpuk barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat tinggi. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada perekonomian karena orang-orang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri daripada berinvestasi di dalam negeri (capital outflow).

c. Hyper Inflation

Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai triliunan persen per tahun.

Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (over heated), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami mengalami kenaikan.Kondisi ekonomi yang over heated tersebut juga akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya, oleh Tandelili dalam (Thobarry, 2009).

Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.

Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupun perusahaan. Salah satu peristiwa yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua Negara di dunia adalah inflasi. Didalam perekonomian ada kekuatan tertentu yang menyebabkan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada kekuatan lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga berlangsung terus menerus secara perlahan.

Peristiwa yang cenderung mendorong naiknya tingkat harga disebut gejolak Inflasi, oleh Lipsey dalam (Thobarry, 2009). Secara keseluruhan,laju inflasi yang sedang berlangsung tergantung pada (i) permintaan, seperti yang ditujukan oleh jenjang inflasi atau senjang resesi,(ii) kenaikan biaya yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar yang datang terutama dari sisi penawaran.

Laju inflasi dapat dipisahkan menjadi tiga komponen yaitu inflasi inti,inflasi permintaan dan inflasi gejolak, oleh Nopirin dalam (Thobarry, 2009). Inflasi inti adalah inflasi yang komponen harganya dipengaruhi oleh faktor fundamental. Inflasi permintaan yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga BBM, listrik, air minum dan lainnya sedangkan inflasi bergejolak adalah inflasi yang dipengaruhi oleh kelancaran produksi dan distribusi barang dan jasa.

Kenaikan inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga konsumen (Counsume Price index). Inflasi dapat dipilih berdasarkan sifat temporer atau permanen.Inflasi yang bersifat permanen adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan barang dan jasa. Sedangkan inflasi yang bersifat temporer adalah inflasi yang diakibatkan gangguan sementara (misalnya kenaikan biaya energi, transportasi, dan bencana alam).

Adapun cara yang digunakan untuk mengukur inflasi (Yuliadi, 2008:76):
  1. Dengan menggunakan harga umum.
  2. Dengan menggunakan angka deflator.
  3. Dengan menggunakan indeks harga umum (IHK).
  4. Dengan menggunakan harga pengharapan.
  5. Dengan menggunakan indeks dalam dan luar negeri.
Demikian uraian mengenai Definisi Inflasi dan Jenis-Jenisnya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Sekian dan terima kasih... 

0 Response to "Inflasi: Definisi dan Jenis-Jenisnya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel